“Ini tidak terlepas dari konteks yang terjadi belakangan ini. Jadi Jokowi mulai menunjukkan bahwa dia sebagai presiden yang punya power (kekuatan). Dia menunjukkan itu,” kata pengajar psikolog politik Universitas Indonesia (UI), Dicky Pelupessy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/8).
Jokowi, ia menjelaskan, selama ini atau pada awal-awal masa kepresidenannya dipersepsikan tidak cukup memiliki kekuatan politik. Salah satu faktornya, Jokowi yang hanya kader PDI Perjuangan dipersepsikan tidak memiliki cukup kekuatan politik.
“Secara konteksnya sebagai bentuk reaksi atas kondisi tersebut. Menunjukkan bahwa saya (Jokowi) tidak seperti yang ditunjukkan,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi |
“Bahasa psikologi Jokowi mudah didekati. Itu dilihat dari gaya blusukan, dekat masyarakat, rakyat, melakukan hal-hal yang dilakukan masyarakat, pergi ke tukang cukur, mungkin orang menilai cenderung populisme. Jokowi punya karakter itu, punya karakter yang orang anggap seperti orang biasa. Itu kemudian dia tunjukkan,” bebernya.
Guyonan diktator itu, Dicky memaparkan, merupakan respon Jokowi yang jika diam dituding rival politiknya bakal menjadi pembenaran. Sebab, diam menunjukkan tidak memiliki power.
“Itu akan berbeda jika itu dilakukan orang lain. Prilaku orang dipengaruhi karakter dan konteks. Jokowi ingin menunjukkan perbedaan dia dengan lainnya. Ini menegaskan siapa Jokowi, beda dengan SBY, Prabowo,” katanya menegaskan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "‘Guyon Diktator Bentuk Power Jokowi’"
Post a Comment