Search

Anies-Sandi di Antara Isu Sentimen Agama

Jakarta, CNN Indonesia -- Memastikan diri memenangkan pertarungan pada Pilkada DKI Jakarta untuk menjabat gubernur dan wakil gubernur 2017-2022, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terus disorot, terutama lantaran isu sentimen agama yang melekat pada pasangan ini.

Apalagi berbagai penolakan terhadap pasangan yang menjadi rival politik Anies-Sandi, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, didengung-dengungkan oleh kelompok Islam yang anti-Ahok.

Bagaimana Sandi menjelaskan isu sentimen agama tersebut? Apa yang akan dilakukan gubernur dan wakil gubernur terpilih Anies-Sandi?

Berikut wawancara khusus CNNIndonesia.com dengan Sandi saat berkunjung ke kantor redaksi, 3 Mei lalu:

Saat kampanye Anda diserang isu perda syariah dan Anda mengatakan tidak. Tapi belakangan Anda ingin menjual saham bir, mengadakan taaruf massal, dan menutup Alexis. Bagaimana arah kebijakan kepemimpinan Anda nanti?

Singkat saja, perda syariah yang dibicarakan tidak dalam rencana kerja kami dan tidak akan diberlakukan, saya jamin. Kami akan menjadi pemimpin yang berdiri di atas semua golongan, agama, ras dan akan melindungi warga Jakarta kebebasan beribadah dan kami komit terhadap pancasila, NKRI dan UUD 1945.

Penjualan saham bir merupakan pengelolaan portofolio, saya dulu mengelola portofolio investasi. Saya enggak melihat bahwa kepemilikan di perusahaan bir memiliki satu visi dengan visi Anies-Sandi untuk membangun Jakarta maju kotanya, bahagia warganya.

Ada anggapan bahwa Anda dan Anies Baswedan mungkin akan meninggalkan Pancasila?

Karena mereka menganggap melawan Pak Basuki adalah melawan Pancasila. Saya bilang, as committed to Pancasila as ever dan komitmen pada NKRI. Saya sampaikan kekerasan itu sama, karena kita cinta dengan kedamaian tapi memang persepsi yang dibangun selama ini harus diluruskan. Pekerjaan mulai setelah 19 April dan semua diselesaikan tidak bisa dengan sendiri, harus kerja bareng.

Situasi yang terjadi selama Pilkada DKI Jakarta cukup panas, yang hingga hari ini masih ada keributan di level menengah dan bawah. Apa yang akan Anda lakukan?

Kalau itu only time will heal. Karena data survei internal kami yang tidak pernah kami rilis angkanya, di bawah 15 persen. Jadi ada beberapa yang bisa kami lakukan untuk menurunkan hal itu dengan isu. Karena dari impact 2014 ada angka yang enggak bisa kami apa-apain. Kalau memang seperti itu, kami harapkan isu yang berkembang akhirnya enggak relevan lagi. Kalau angkanya bisa di bawah 10 persen jauh bisa lebih tenang dan noise bisa diturunkan.

Angka 15 persen menurut saya tiga minggu atau dua minggu setelah 19 April cukup baik. Kalau dilihat di akar rumput, sudah move on semua. Kami bikin event di bawah saya, bilang kalau tasyakuran harus undang pendukung Pak Basuki. Kami bikin matrix dan kelebihan kalau mereka bisa datangkan satu relawan Pak Basuki akan ada insentif, saya akan datang secara pribadi dan memastikan kita menghadapi perbedaan dengan balutan persatuan. Kebhinekaan dalam satu nafas dengan tunggal ika itu yang harus dijalankan.

Anies-Sandi terkesan hanya milik golongan tertentu. Bagaimana Anda menyoroti hal ini?

Kalau kita lihat iklan Anies dan Sandi, selain kedepankan tiga isu utama tadi, adalah memajukan persatuan. Pertanyaan media dan saya selalu jawab, adalah terkait agama. Berdasarkan exit poll, hanya 18 persen yang memilih Anies-Sandi berdasarkan agama. Berarti ada 40 persen pilih Anies-Sandi berdasarkan program dan yang menjadi fakta lain, ada 62 persen warga Jakarta yang memilih Anies-Sandi muslim dan 38 persen muslim memilih ahok-Djarot. Itu fakta yang tidak bisa bohong.

Jadi kalau bilang muslim semua pilih Anies-Sandi, engga. Itu 60 berbanding 40. Saya terjemahkan itu dalam konteks sosial ekonomi, mereka memilih karena melihat dari segi program Basuki-Djarot memang sesuai dengan mereka. Karena mereka rata-rata kalangan menengah ke atas.

Postmortem seperti itu, tapi 60 persen bukan jadi alasan kita menepuk dada. Karena saya melihat ini PR kami besar. Ada 2,3 juta warga Jakarta yang tidak memilih Anies-Sandi harus kami pastikan mereka ikut dalam gerbong ini untuk lima tahun ke depan. Kekhawatiran mereka mengenai kinerja yang selama ini sudah bagus akan menjadi jelek, menjadi terdegradasi, harus kami pastikan bahwa di program kami, kami akan bekerja sekeras dan secerdas Pak Basuki-Djarot dan hasilnya dirasakan warga Jakarta kebanyakan.

Menurut Anda, kenapa Anies-Sandi menang melawan pasangan Basuki-Djarot?

Menurut saya, saya sangat disiplin dalam penggunaan data, ini zamannya big data. Bulan september 2015, saya pertama kali mendapatkan data bahwa tiga hal utama yang diinginkan dari pemimpin DKI adalah lapangan pekerjaan, pendidikan, dan biaya hidup terjangkau.

Penajaman pesan kunci bahwa Sandi adalah lapangan kerja, Sandi adalah biaya hidup lebih terjangkau. Hal itu yang kami bawa sampai bulan Juli. Begitu bulan Juli mendapat mandat dari Gerindra, data itu semakin terkuak bahwa kami akan sangat berdaya saing kalau bisa fokus di sini dan lawan kita, Pak Basuki-Djarot enggak mengambil posisi ini.

Isu lapangan pekerjaan kami lebih kuat karena mereka narasinya kinerja, narasi infrastruktur yang berdampak pada sebagian lapisan masyarakat. Tapi kalau dihitung metematik, jauh lebih banyak yang menginginkan lapangan pekerjaan. Matematika kami semakin kuat setelah Anies gabung, menjadi semakin kredibel. Karena Anies bisa bicara pendidikan, kebangsaan, bisa membawa kredibilitas dari birokrasi.

Banyak orang yang menganggap Anda remeh, apa yang bisa Anda sampaikan untuk orang tersebut?

Saya sudah buktikan selama 18 bulan dengan pengertian terhadap isu di Jakarta. Saya memulai ini dengan hampir semua orang menganggap remeh, tapi saya sudah buktikan ketika saya mmebangun usaha. Di awal banyak hambatan, tantangan, tapi kalau kita bekerja keras, cerdas, tuntas, dan yang paling penting bekerja ikhlas insya Allah bisa membungkam kritik dengan kerja nyata. Action speak louder than words, jadi daripada saya terus bantah saya akan fokus kerja saja.

(rdk)

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Anies-Sandi di Antara Isu Sentimen Agama"

Post a Comment

Powered by Blogger.