Susi dianggap sebagai kandidat potensial dan ‘membahayakan’ di Pilkada 2018 Jawa Barat. Nama perempuan asal Pangandaran ini pertama disebut-sebut oleh Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah I Partai Golkar Nusron Wahid, Kamis (8/6) lalu.
Walau namanya tak diikutsertakan dalam survei beberapa lembaga, Susi dianggap berpotensi menjadi calon gubernur kejutan.
Nusron mengatakan bahwa Susi bisa mengubah peta politik di Pilkada serentak tahun depan jika ia bersedia diusung maju.
"Kalau orang seperti Mbak Susi tiba-tiba turun, itu gempar saya yakin, buyar semua ini," kata Nusron.
Dari survei tersebut, Khofifah disebut meraih dukungan dari 19,11 persen responden. Ia kalah pamor dari Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Peneliti politik dari Populi Centre Rafif Pamenang Imawan mengatakan, sebagai dua menteri, keduanya tentu punya peluang di Pilkada. Namun ada perbedaan antara Susi dan Khofifah. Khofifah menurut Rafif lebih berpotensi mendapat hasil positif. Semengata Susi punya banyak sisi lemah untuk diserang jika ikut Pilkada.
"Susi bagus, tapi punya peluang juga untuk diserang, misalnya karena dia perempuan, pakai tato, soal pendidikan, dan lain-lain. Perlu dites juga popularitasnya bagaimana," kata Rafif kepada CNNndonesia.com, Selasa (13/6).
Berbeda dengan Khofifah yang dinilainya bisa menanggalkan jabatannya untuk ikut bertarung memperebutkan kursi Jatim-1. Pelungnya bisa dibilang cukup terbuka.
Jika kembali bersaing di Pilkada 2018, maka ini akan menjadi kali ketiga baginya ikut memperebutkan kursi Gubernur Jawa Timur. Sebelumnya, ia juga menjadi kandidat gubernur pada Pilkada 2008 dan 2013.
|
"Beliau namanya kan baik di kalangan NU. Bagaimanapun juga, Jatim merupakan rumah NU. Kalau Khofifah di Jatim, peluang majunya besar. Tapi kalau dia disuruh maju di luar Jatim, saya rasa dia akan pikir-pikir," ujar Rafif.
Partai Golkar, menurut Nusron, akan menentukan dukungan-dukungan di Pilkada 2018 pada September atau Oktober mendatang. Sementara PDI Perjuangan belum menentukan akan mengambil sikap kapan untuk kontestasi Pilkada tahun depan.
"Prinsipnya ini masih cukup cair, karena penetapan calon ditentukan bulan Oktober mendatang, sehingga masih ada waktu untuk (koalisi) dengan partai lain," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. (sur)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menanti Kiprah Dua Menteri Perempuan Jokowi di Pilkada 2018"
Post a Comment