Menurut Fahri, pertemuan itu tidak membawa gagasan alternatif terhadap kondisi bangsa dan negara saat ini. Pertemuan antartokoh partai pun sudah biasa terjadi dan silih berganti.
"Kalau ini sekedar acara pertemuan Pak SBY, besok Pak SBY ketemu lagi Pak Jokowi, Pak Prabowo ketemu lagi sama Bu Mega, ya itu simbolis kan. Kami maunya konkret. Masa sih dari pertemuan itu tidak ada isinya?," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (28/7).
Fahri berpendapat, SBY dan Prabowo seharusnya bisa membawa sebuah gagasan pembangunan dan haluan bangsa atau membangun konsep koalisi dengan tawaran ide alternatif.
"Kalau simbolis kaya gini ganti-ganti pasangan ya udah terlalu banyak. Kita ini perlu tontonan segar ya, negara perlu dinamika positif," kata Fahri.
Fahri juga mengritik kerja sama dalam gerakan moral dan politik yang diangkat SBY dan Prabowo dalam pertemuan itu. Gagasan tersebut dinilai terlalu biasa.
"Yah kalau itu kan bisa dilakukan semua orang. Namanya juga gerakan moral," kata dia.
"Kalau sekadar ngopi, makan rujak, nasi goreng kiri kanan ya itu tontonan. Publik juha suka tontonan begitu," katanya.
SBY dan Prabowo sebelumnya bersepakat untuk mengawal pemerintahan Jokowi saat ini dengan melakukan gerakan moral dan gerakan politik.
Dalam jumpa pers usai pertemuan, SBY mengkritik situasi yang tengah terjadi di Indonesia terutama kaitannya dengan demokrasi di Indonesia. (gil)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Fahri Hamzah: Politik Nasi Goreng Sebatas Pertemuan Simbolis"
Post a Comment