Menurut Sri, pembicaraan mengenai rencana pembangunan gedung sempat dibahas pimpinan dewan saat awal penyusunan RAPBN. Saat itu, Sri menyampaikan bahwa permintaan itu sudah pernah dilakukan pada 2015
"Namun saya sampaikan, selalu reaksi masyarakat sangat meningkat, dan kemudian tidak bisa dilaksanakan atau tidak jadi dilaksanakan," kata Sri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (24/8).
"Kalau masyarakat bereaksi, sebagai wakil rakyat mereka bertanggung jawab untuk mengikuti atau merespons pandangan dari rakyatnya yang diwakili itu," ujarnya.
Dengan demikian, kata Sri, jika parlemen sudah menetapkan anggaran rencana pembangunan gedung baru, maka ketika pemerintah sudah menganggarkan, jangan sampai kemudian batal dilaksanakan akibat ada respons negatif dari masyarakat.
"Makanya saya sampaikan, sebelum menyampaikan ini silakan sampaikan ke masyarakat secara transparan saja bahwa dewan ingin seperti ini dan alasannya ini masyarakat menghendaki gedung baru atau alun-alun baru," ujar Sri.
Sekretaris Jenderal DPR Ahmad Djuned mengatakan untuk rencana itu sudah dialokasikan anggaran sebesar Rp601 miliar dari total anggaran dewan di RAPBN 2018 sebesar Rp5,7 triliun.
"Sudah lah itu ambilah sebagai domain eksekutif, ambil alih isu ini jangan lah kita dianggap ada proyek. Proyek itu semua adalah eksekutif. Kuasa pengguna anggaran itu adalah eksekutif. Tidak ada legislatif," ujar Fahri. </span> (gil)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sri Mulyani Tunggu Respons Masyarakat Soal Gedung Baru DPR"
Post a Comment