SBY, demikian dia dikenal, menjabat sebagai Presiden sebanyak dua periode yakni 2004—2014. Kemiripan keduanya, bahkan muncul untuk singkatan: SBY dan AHY.
Sebagian warga bisa jadi juga menilai cara pidato AHY pun identik dengan SBY.
Salah satunya adalah gaya berpidato yang cenderung kaku. Hal itu, misalnya, terlihat ketika AHY memberikan pidato saat peluncuran The Yudhoyono Institute pada Agustus lalu.
“Dia kaku dan konvensional, politikus mana yang menggembleng suara lewat pidato di pusat studi yang dia buat sendiri?” kata Wasisto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (22/9). “Ketika yang lain asyik bermanuver di media sosial dengan gaya lugas dan santai, Agus justru berpidato dengan gaya kaku.”
Bukan hanya itu, Wasisto pun menyinggung kejadian sebelum pemilihan Gubernur DKI putaran pertama berlangsung. SBY dinilai selalu ada di langkah AHY.
Pepo adalah panggilan sayang untuk SBY dari cucu-cucunya.
|
Tak Disukai Gen Milenial
Wasisto menuturkan gaya Agus ini bisa menjadi bumerang sendiri baginya. "Sulit, milenial lebih senang melihat fakta, kalau cuma perkataan akan cepat ditinggalkan," kata dia.
Hal serupa pun disampaikan oleh Peneliti dari Populi Center, Rafif Pamenang Imawan. Menurutnya, AHY harusnya mengikuti pendahulunya di dunia politik. Bukan hanya sang ayah, SBY.
Dia menuturkan AHY bisa saja meniru gaya baru yang sepadan, misal Ridawan Kamil, Ganjar Pranowo, atau bahkan Joko Widodo.
Sebaliknya, AHY kata Rafif justru fokus mengikuti jejak sang ayah yang kaku, dan militeristik.
"Mungkin dia bercermin dari sang ayah, tapi justru ini sulit diterima," kata dia.
Walaupun demikian, AHY cukup berusaha untuk menjadi 'kekinian' pada saat Pilkada DKI Jakarta lalu."Dia nge-rap, dia lompat. Itu sudah cukup gaul sih, cuma mungkin gayanya masih terlihat kaku saja, jadi ya memang kaku," kata Rafif.
Rafif bisa jadi benar. AHY, macam buah apel yang tak jauh dari ‘pohon besar’ SBY. </span> (asa)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AHY, Sosok di Bawah Bayang-Bayang Besar 'Pepo' SBY"
Post a Comment