Pertemuan dua kementerian itu akan diwakili oleh Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag.
"Besok tim teknis akan bertemu untuk siapkan petunjuk teknis tersebut. Mudah-mudahan pekan depan sudah bisa kami lihat dan sebelum tahun ajaran baru sudah bisa kami tetapkan," kata Hamid saat diskusi di Kemendikbud, Jakarta Pusat, Rabu (14/6).
Menurut Hamid, Kamaruddin khawatir program tersebut akan mematikan kegiatan madrasah diniyah. Padahal, kata Hamid, implementasi lima hari sekolah tidak akan mematikan kegiatan madrasah.
"Beliau anggap semua kegiatan ditarik semua ke sekolah. Beliau khawatir, menurut info beliau, ada 70.000 madrasah dan ada 7 juta siswa akan tutup. Konsepnya bukan mematikan lembaga pendidikan lain, tapi lebih banyak bersinergi," kata Hamid.
Mendikbud juga akan meningkatkan aspek pendidikan religi atau keberagaman, integritas, masionalisme, kerja keras, dan gotong royong. Semua itu disajikan melalui program pembelajaran delapan jam per hari yang merupakan implementasi dari Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Sekolah akan menjalin kerja sama dengan lembaga di luar sekolah untuk menunjang peningkatan penyajian kelima aspek tersebut. Lembaga di luar sekolah yang dimaksud misalnya masjid, gereja, pura, sanggar kesenian, hingga pusat olahraga.
"Kami sepakati akan buat juknis (petunjuk teknis) bersama tentang sinergi sekolah dengan madrasah diniyah. Termasuk dengan lembaga pendidikan lain," kata Hamid.
Jika draf petunjuk teknis sudah selsesai, Kemendikbud akan mengundang sejumlah organisasi massa Islam agar tidak ada salah persepsi. Ia berharap draft tersebut dapat selesai secepat mungkin.
"Saat itu mereka setuju dan tidak menolak, karena konsep kita tidak mematikan. Sudah ada pembahasan (soal madrasah), tapi belum langsung dengan pengelola madrasah," kata Doni. (gil)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemendikbud dan Kemenag Rembukan Soal Teknis Full Day School"
Post a Comment