"Bisa jadi (merapat ke pemerintah kemudian dapat jatah menteri) dan itu tergantung pertemuan antara Ibu Mega dan Pak SBY selanjutnya," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (18/8).
Menurut Fahri, pertemuan keduanya juga berkaitan dengan uji materi UU Penyelenggaraan Pemilu, khususnya terkait angka ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold).
Fahri menduga MK kemungkinan akan memutuskan angka ambang batas presiden 20 persen karena merupakan open legal policy.
Sebab, kata Fahri, dengan keputusan itu maka tidak ada satu partai pun yang bisa mencalonkan presiden sendiri karena tidak ada yang memenuhi ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.
"Jadi mereka harus mengisiasi pertemuan dari awal. Kalau kemudian nol persen, baru seru. Semua merasa punya kartu. Tapi kalau 20 persen enggak ada yang punya kartu satu pun," ujarnya.
Secara terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkan kemendesakan sebelum menginisiasi pertemuan lanjutan antara SBY dan Mega. Meski demikian, Basarah mengatakan partainya membuka pintu bila Demokrat merapat ke koalisi pendukung pemerintah.
"PDIP kan partai nasionalis. Partai nasionalis itu kan terbuka. Sepanjang kerja sama politik itu diikat dengan kesamaan idelologi, parpol yang kuat dan satu tujuan bangsa indonesia yang sesuai dengan pembukaan UUD kita," kata Basarah di Kompleks Parlemen.
Koalisi Terlalu Dini
Sementara itu Partai Amanat Nasional menilai terlalu dini memprediksi koalisi antara Demokrat dan PDIP jika hanya berdasarkan pertemuan SBY dan Megawati
"Terlalu jauh kita menafsirkan itu," ujar Yandri.
Meski demikian, ia menilai positif pertemuan perdana SBY dan Megawati. Pertemuan itu, kata dia, semakin bermanfaat jika Presiden Joko Widodo mau secara terbuka meminta masukan dari para pendahulunya itu untuk menyelesaikan segala permasalahan bangsa saat ini.
"Hal positif seperti ini harus dipupuk terus. Kalaupun tidak rutin mereka sejatinya dimintai kontribusi pemikiran karena punya pengalaman memimpin republik ini," ujar Yandri.
Mega dan SBY terakhir kali bertemu empat tahun silam, ketika suami Megawati, Taufik Kiemas, meninggal dunia (2013). SBY kala itu memimipin upacara kenegaraan pemakaman Taufik. </span> (wis/syh)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Fahri Hamzah: Koalisi SBY-Mega Tergantung Pertemuan Lanjutan"
Post a Comment