Search

Sindiran di Balik Doa untuk Jokowi

Pembacaan doa penutupan sidang bersama MPR, DPR, dan DPD menuai perhatian. Publik menaruh atensi terhadap doa yang dibacakan politikus Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring.

Dalam doanya, Tifatul meminta Tuhan menggemukkan badan Presiden Joko Widodo. Ia juga berharap perlindungan tetap diberikan pada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang tetap semangat meski telah berusia lanjut.

Menurut Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, doa Tifatul sebenarnya tidak jelek. Namun, penerjemahan arti dari doa tersebut menjadi beragam karena disampaikan pada forum resmi negara.

"Jadi memang ke depan ada baiknya dipertimbangkan bahwa doa dalam upacara harus resmi saja. Jangan misalnya diserahkan bulat-bulat kepada pendoa, disiapkan dulu teksnya," kata Jimly kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/8).

Isi doa yang sedikit menyentil dapat dicegah jika teks itu telah disusun sebelumnya oleh tim. Menurut Jimly, seharusnya teks dia memang tidak diserahkan serta merta pada pembaca.

Ia meminta tanggung jawab terhadap isi doa pada acara resmi kenegaraan dipegang ketua panitia atau pimpinan lembaga terkait. Jika penyusunan doa bersama tidak dimungkinkan, Menteri Agama dianggap dapat mengambilalih wewenang pembacaan harapan dan syukur tersebut.

"Kedepan sebaiknya dibicarakan (isi doanya), atau diserahkan pada menteri agama yang menyusun tapi tetap disiapkan naskahnya karena ini upacara resmi," tuturnya.

Selain menyinggung Jokowi dan JK, Tifatul juga meminta semua pemimpin untuk takut kepada Tuhan ketimbang partai. Bahkan, ia juga berharap agar semua pihak tidak gila jabatan.

"Sadarkanlah mereka. Jabatan adalah beban. Amanah bukan buat gagah-gagah," kata Tifatul.

Dalam penutupnya Tifatul juga meminta para pemimpin tidak menyalahgunakan kekuasaan dan korupsi agar tidak masuk neraka.

Jimly berpendapat, doa Tifatul bisa saja tidak diniatkan untuk menyinggung Jokowi atau JK. Namun, karena disampaikan pada acara resmi negara, maka pemaknaan terhadapnya pun muncul berbeda-beda.

"Itu banyak artinya yang sudut pandang kiri atau kanan maknanya bisa berubah padahal mungkin saja niatnya tidak masalah," katanya.

Perhatian yang diberikan terhadap isi doa Tifatul tak berbeda jauh dengan atensi di sidang tahunan MPR 2016. Saat itu, pandangan masyarakat sempat tertuju pada isi doa politikus Gerindra RM Syafii.

Dalam doanya tahun lalu, Syafii menyindir kekuatan hukum yang 'tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas' serta penguasaan ekonomi dalam negeri oleh bangsa lain. Doanya kala itu dianggap sangat menyindir pemerintahan Jokowi-JK. </span> (gil)

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Sindiran di Balik Doa untuk Jokowi"

Post a Comment

Powered by Blogger.