Ahok, sapaan Basuki, mengundurkan diri setelah majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara memberikan vonis dua tahun penjara karena terbukti melanggar Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama.
Djarot bukan pemain baru di panggung politik dan birokrasi. Jauh sebelumnya, dia telah aktif memimpin organisasi dan daerah. Di politik, Djarot meniti kariernya sejak masih mahasiswa di Universitas Brawijaya, Malang.
Saat ini, selain sebagai Gubernur DKI, Djarot juga dipercaya sebagai Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi DPP PDI Perjuangan.
Djarot juga memiliki pengalaman segudang sebagai pejabat publik. Ia pernah menjadi Wali Kota Blitar. Tak tanggung-tanggung, jabatan itu ia sandang selama dua periode atau 10 tahun, dari 3 Mei hingga 3 Agustus 2010.
Selama masa jabatannya itu, Kota Blitar mendapat gelar adipura sebanyak tiga kali berturut-turut yakni pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Selain itu, Djarot pernah menjadi Ketua Komisi DPRD Jawa Timur dan anggota DPR RI.
Sebagai gubernur pengganti, masa jabatan Djarot memang terbilang sangat singkat. Terhitung sejak hari ini, Djarot hanya akan mengemban tugas sebagai gubernur hingga pertengahan Oktober mendatang.
Praktis Djarot hanya punya waktu sekitar sekitar lima bulan untuk melanjutkan kepemimpinan Ahok.
Djarot, menurut Mada, hanya akan meneruskan dan menuntaskan program-program yang sudah ada sebelumnya.
"Jadi hanya sekedar rutin menjalankan administrasi pemerintahan, tidak bisa membuat kebijakan yang strategis, termasuk misalnya membuat program baru, proyek baru, kegiatan baru, melakukan mutasi dan promosi," kata Mada kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/6) malam.
|
Keterbatasan wewenang dan masa jabatan memang akan menjadi kerikil dalam masa kepemimpinan Djarot. Terlebih, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan Djarot.
Untuk persoalan kemacetan saja, Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada 2016 mencatat kerugian masyarakat akibat kemacetan di sejumlah wilayah Jakarta mencapai Rp150 triliun per tahun.
Kerugian finansial juga dialami Jakarta untuk masalah banjir yang selama kepemimpinan Ahok-Djarot, sampai hari ini, belum mampu diatasi
Dari sekian banyak pekerjaan rumah tersebut, Djarot harus bisa menyelesaikan salah satunya. Ini penting untuk menutup rezim pemerintahan Ahok dengan cara yang positif.
Menutup rezim dengan cara positif juga dapat berimplikasi pada citra partai pendukung Ahok-Djarot, terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang tengah bersiap menghadapi Pilkada serentak 2018 dan Pemilu Presiden 2019.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menunggu Gebrakan Gubernur Djarot di Ibu Kota"
Post a Comment