"Soal jadi atau tidak nanti dalam proses Pemilihan Legislatif, ya tergantung dari politik masing-masing parpol. Ternyata tidak gampang menyiapkan 30 persen calon jadi. Kalau sekadar calon bisa," kata Tjahjo di bilangan Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).
Menurut dia, selain kurangnya kemauan dari perempuan jadi anggota dewan, terpenuhinya kuota legislator perempuan juga tergantung dukungan dari partai politik. Kata dia, akan jadi percuma bila nantinya partai yang menaungi tidak memberikan dukungan, mengingat soal kemampuan dapat dibandingkan dengan anggota laki-laki.
Ia juga meminta, baik melalui undang-undang, pemerintah, DPR hingga Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat memfasilitasi mewujudkan persentase minimal 30 persen.
Sementara, Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini Partai Golkar Nurul Arifin mengungkapkan ada beberapa kekurangan untuk mencapai 30 persen legislator perempuan. Ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki, terutama dalam mengambil sikap seperti halnya strategi politik.
"Nah kalau yang begini, 'apapun caranya' biasanya perempuan seringkali sungkan. Jadi begitu sebetulnya kembali kepada dirinya sendiri," ujarnya menambahkan.
Ia mengatakan, saat ini rasa percaya diri untuk memainkan strategi dari politikus perempuan mungkin belum terbangun sepenuhnya. Padahal seharusnya, semua harus dibangun dari mulai kapabilitas, integritas sampai dengan 'isi tas'.
Nuru meyakini, sesungguhnya dunia berpolitik kaum adam lebih kejam ketimbang perempuan. Nurul tidak percaya jika sesama perempuan nantinya bakal saling menjatuhkan.
"Saya tidak percaya bahwa perempuan bisa sama-sama menjatuhkan perempuan, karena sesungguhnya dunia laki-laki lebih kejam. Semua terhantung kepada kecerdasan berpolitik individu," kata Nurul. </span> (osc/djm)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Nurul Arifin: Gaya Politik Pria Lebih Kejam Ketimbang Wanita"
Post a Comment