"Masa kita mau berwacana mengintegrasikan parlemen saja ribut sedunia, pemerintah mau mindahin ibu kota, biasa-biasa saja, santai saja," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (22/8).
Mengenai wacana pembangunan apartemen yang dibatalkan, Fahri mengatakan langkah itu diambil Ketua DPR Setya Novanto agar tidak terjadi kegaduhan lagi.
"Karena kami bukan kuasa pengguna anggaran. Kami ini hanya memberikan ide sebagai wakil ketua bidang kesejahteraan rakyat, di bawah saya ada MKD, BURT yang saya koordinasi rapat setiap hari," ujarnya.
Menurut Fahri, ide pembangunan dan penataan kawasan parlemen merupakan gagasannya sebagai bagian dari reformasi DPR.
"Bagian dari reformasi DPR ke depan itu adalah kita membangun kamar legislatif yang independen, yaitu memang reformasi birokrasi kita kan 19 tahun kita ada reformasi ada birokrasi," katanya.
"Sudah lah itu ambilah sebagai domain eksekutif, ambil alih isu ini jangan lah kita dianggap ada proyek. Proyek itu semua adalah eksekutif. Kuasa pengguna anggaran itu adalah eksekutif. Tidak ada legislatif," ujar Fahri.
Pembangunan gedung baru DPR dan alun-alun demokrasi dialokasikan bakal menelan anggaran sebesar Rp601 miliar. </span> (gil)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Fahri Bandingkan Gedung Baru DPR dengan Pemindahan Ibu Kota"
Post a Comment